Setiap dari
Anda tentu tak asing mendengar kata “Blusukan”. Semenjak Presiden RI ke-7 Ir.
H. Joko Widodo atau yang lebih dikenal Jokowi menggunakan blusukkan sebagai
agenda rutin, sewaktu beliau menjabat Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta
untuk datang langsung mendengarkan masukkan dari masyarakat terkait rencana
kebijakan pemerintah.
Bahkan, setelah jadi presiden pun, Jokowi memperkenalkan “Blusukkan”
atau dalam bahsa Inggris menjadi “
Management By Walking Around ”di forum-forum internasional seperti di acara 7th Asian Leadership Conference pada Selasa,
17 Mei 2016 di Shilla Hotel, Seoul, Korea Selatan yang mempertemukan para
pemimpin dunia dan praktisi untuk menampikan ide, gagasan, wawasan dan inovasi [1].
Namun bukan Jokowi dengan blusukkannya yang menjadi topik
pembicaraan, melainkan blusukkan ala Relawan PMI (Palang Merah Indonesia) ke
kampus-kampus di Indonesia untuk menjemput bola sekaligus bentuk kampanye sadar
donor darah bagi sesama yang membutuhkan. Pertanyaannya adalah kenapa harus
kampus ?. Kampus atau universitas adalah tempat para pemuda agen perubahan
menimba ilmu yang kelak berguna di masyarakat. Harapannya para pemuda ini lah
yang menjadi agen pergerakan sadar donor darah mulai dari dunia kampus. Kelak ketika
mereka menyelesaikan pendidikannya, bisa menularkan ilmu dan pengalaman kepada
masyarakat umum.
Serunya Membaca Sambil Donor Darah Bareng Relawan PMI.......
Membaca adalah
salah satu rutinitas yang menyenangkan, terutama bagi pecinta buku-buku
berbagai literatur yang bisa menambah pengetahuan dan wawasan baru bagi
pembacanya. Membaca tidak lagi sulit, di era digital siapapun bisa mengakses
buku bacaan dimanapun dan kapanpun yang tersedia secara online. Terlepas dari kemudahan yang ada, keberadaan perpustakaan
memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Begitu juga dalam dunia perkuliahaan, sangat erat hubungannya
dengan kegiatan membaca, membaca dan membaca. Berbagai tugas dari dosen hampir
seluruhnya berkenaan dengan buku, tentunya solusinya hanya ada di buku perpustakaan kampus. Namun, pada
hari itu ada pemandangan berbeda di lorong Perpustakaan Universitas Airlangga Kampus B,
dimana perpustakaan yang biasanya hanya ramai oleh hiruk pikuk mahasiswa atau
dosen yang berkunjung kesana untuk membaca, kali ini banyak orang yang duduk berbaring
santai dengan selang menempel di lengan. Yup!, Relawan PMI (Palang Merah
Indonesia) Kota Surabaya sedang blusukkan untuk melayani pendonor darah yang
berasal dari kalangan civitas akademika Universitas Airlangga.
Tak aneh memang, hari itu tepat pada bulan April,
Perpustakaan Universitas Airlangga (PUA) merayakan ulang tahunnya yang ke-61. Untuk
merayakannya banyak acara yang diselenggarakan salah satuya kegiatan Donor
Darah yang bekerja sama dengan PMI (Palang Merah Indonesia) Kota Surabaya.
Mobil dinas PMI (Palang Merah Indonesia) dengan lambang khasnya terparkir di
halaman kampus, sebanyak 10 Relawan PMI (Palang Merah Indonesia) Kota Surabaya
dengan jubah khas berwarna biru muda yang dipakai, menambah keanggunan dan
profesionalisme mereka dalam melayani pendonor secara prima. Sebanyak 75 kursi
disediakan oleh pihak kampus untuk melayani pengunjung perpustakaan yang bersedia
mendonorkan darahnya pada hari itu [2] .
Seluruh relawan PMI (Palang Merah Indonesia) siap siaga
melayani pengunjung perpustakaan baik yang hanya sekedar bertanya maupun yang
berniat menjadi pendonor. Terlihat dari tim relawan PMI (Palang Merah
Indonesia) koordinasi, pembagian tugas, komunikasi yang baik, dan yang
terpenting senantiasa memberi senyum ramah kepada para pendonor. Segalanya
dipersiapkan dengan baik dan penuh kehati-hatian mulai dari proses pemeriksaan
pendahuluan, pemeriksaan golongan darah, pemeriksaan dokter, pengambilan darah,
istirahat (hidangan ringan), pengambilan kartu donor hingga pendonor selesai
dan pulang, segalanya diperhatikan secara detail [3]. Hal ini
merupakan bagian dari SOP (Standar Operasional Prosedur) yang wajib
dilaksanakan demi memastikan proses transfusi darah berjalan dengan baik, darah
bisa dijaga kualitasnya dan pendonor tetap dalam keadaan stabil.
Kegiatan yang berlangsung selama 6 jam trsebut berhasil
menyedot perhatian pengunjung perpustakaan untuk berpartisipasi dengan menjadi
pendonor. Alhasil sebanyak 75 kursi terisi penuh hingga terdapat antrian
pendonor yang sebagian besar dari kalangan mahasiswa. Hal ini merupakan langkah
nyata PMI (Palang Merah Indonesia) melalui para relawan di seluruh penjuru
Indonesia untuk menebar semangat kebangsaan yaitu semangat gotong royong
melalui donor darah untuk sesama yang membutuhkan. Harapan terbesar, kelak para
pemuda lah yang menjadi motor perjuangan menuju bangsa yang madani, berideologi
Pancasila dan mempraktekannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sesuai dengan
nilai ke-2 yaitu Kemanusiaan yang diamanatkan dalam Pancasila.
Relawan PMI Sang Pejuang Nilai Pancasila....
Sila ke-2
jelas berbunyi ..... “Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab “...... . Nilai yang
berkaitan dengan hubungan manusia dengan manusia dalam kontek kebajikan dalam
segala hal. Tidak berlebihan jika para relawan PMI (Palang Merah Indonesia) disebut
sebagai salah satu panji pelaksana nilai Pancasila yaitu nilai Kemanusiaan. Hal
ini terlihat dari kerja keras mereka menyambung kehidupan insan dengan
mengumpulkan darah dari para dermawan dari berbagai daerah dan latar belakang yang
mendonorkan darahnya untuk ditranfusikan kepada yang membutuhkan [4]
Kerja keras dan pengabdian yang
tidak bisa diremehkan dan harus didukung oleh semua pihak, baik pemerintah
sebagai penaung dan regulator, PMI (Palang Merah Indonesia) sebagai pelaksana
dan masyarakat Indonesia sebagai pendonor untuk saling bersinergi agar peran
relawan PMI (Palang Merah Indonesia) semakin maksimal dan membawa keberkahan
bagi bangsa dan negara.
Writter : Muhammad Ihwanudin