Selasa, 31 Mei 2016

Blusukan Ala Relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Pahlawan

Blusukkan......
Setiap dari Anda tentu tak asing mendengar kata “Blusukan”. Semenjak Presiden RI ke-7 Ir. H. Joko Widodo atau yang lebih dikenal Jokowi menggunakan blusukkan sebagai agenda rutin, sewaktu beliau menjabat Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta untuk datang langsung mendengarkan masukkan dari masyarakat terkait rencana kebijakan pemerintah.
Bahkan, setelah jadi presiden pun, Jokowi memperkenalkan “Blusukkan” atau dalam bahsa Inggris menjadi “ Management By Walking Around ”di forum-forum internasional seperti  di acara 7th Asian Leadership Conference pada Selasa, 17 Mei 2016 di Shilla Hotel, Seoul, Korea Selatan yang mempertemukan para pemimpin dunia dan praktisi untuk menampikan ide, gagasan, wawasan dan inovasi [1].
Namun bukan Jokowi dengan blusukkannya yang menjadi topik pembicaraan, melainkan blusukkan ala Relawan PMI (Palang Merah Indonesia) ke kampus-kampus di Indonesia untuk menjemput bola sekaligus bentuk kampanye sadar donor darah bagi sesama yang membutuhkan. Pertanyaannya adalah kenapa harus kampus ?. Kampus atau universitas adalah tempat para pemuda agen perubahan menimba ilmu yang kelak berguna di masyarakat. Harapannya para pemuda ini lah yang menjadi agen pergerakan sadar donor darah mulai dari dunia kampus. Kelak ketika mereka menyelesaikan pendidikannya, bisa menularkan ilmu dan pengalaman kepada masyarakat umum.

Serunya Membaca Sambil Donor Darah Bareng Relawan PMI.......
Membaca adalah salah satu rutinitas yang menyenangkan, terutama bagi pecinta buku-buku berbagai literatur yang bisa menambah pengetahuan dan wawasan baru bagi pembacanya. Membaca tidak lagi sulit, di era digital siapapun bisa mengakses buku bacaan dimanapun dan kapanpun yang tersedia secara online. Terlepas dari kemudahan yang ada, keberadaan perpustakaan memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Begitu juga dalam dunia perkuliahaan, sangat erat hubungannya dengan kegiatan membaca, membaca dan membaca. Berbagai tugas dari dosen hampir seluruhnya berkenaan dengan buku, tentunya solusinya  hanya ada di buku perpustakaan kampus. Namun, pada hari itu ada pemandangan berbeda di lorong  Perpustakaan Universitas Airlangga Kampus B, dimana perpustakaan yang biasanya hanya ramai oleh hiruk pikuk mahasiswa atau dosen yang berkunjung kesana untuk membaca, kali ini banyak orang yang duduk berbaring santai dengan selang menempel di lengan. Yup!, Relawan PMI (Palang Merah Indonesia) Kota Surabaya sedang blusukkan untuk melayani pendonor darah yang berasal dari kalangan civitas akademika Universitas Airlangga.
Tak aneh memang, hari itu tepat pada bulan April, Perpustakaan Universitas Airlangga (PUA) merayakan ulang tahunnya yang ke-61. Untuk merayakannya banyak acara yang diselenggarakan salah satuya kegiatan Donor Darah yang bekerja sama dengan PMI (Palang Merah Indonesia) Kota Surabaya. Mobil dinas PMI (Palang Merah Indonesia) dengan lambang khasnya terparkir di halaman kampus, sebanyak 10 Relawan PMI (Palang Merah Indonesia) Kota Surabaya dengan jubah khas berwarna biru muda yang dipakai, menambah keanggunan dan profesionalisme mereka dalam melayani pendonor secara prima. Sebanyak 75 kursi disediakan oleh pihak kampus untuk melayani pengunjung perpustakaan yang bersedia mendonorkan darahnya pada hari itu [2] .
Seluruh relawan PMI (Palang Merah Indonesia) siap siaga melayani pengunjung perpustakaan baik yang hanya sekedar bertanya maupun yang berniat menjadi pendonor. Terlihat dari tim relawan PMI (Palang Merah Indonesia) koordinasi, pembagian tugas, komunikasi yang baik, dan yang terpenting senantiasa memberi senyum ramah kepada para pendonor. Segalanya dipersiapkan dengan baik dan penuh kehati-hatian mulai dari proses pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan golongan darah, pemeriksaan dokter, pengambilan darah, istirahat (hidangan ringan), pengambilan kartu donor hingga pendonor selesai dan pulang, segalanya diperhatikan secara detail [3]. Hal ini merupakan bagian dari SOP (Standar Operasional Prosedur) yang wajib dilaksanakan demi memastikan proses transfusi darah berjalan dengan baik, darah bisa dijaga kualitasnya dan pendonor tetap dalam keadaan stabil.
Kegiatan yang berlangsung selama 6 jam trsebut berhasil menyedot perhatian pengunjung perpustakaan untuk berpartisipasi dengan menjadi pendonor. Alhasil sebanyak 75 kursi terisi penuh hingga terdapat antrian pendonor yang sebagian besar dari kalangan mahasiswa. Hal ini merupakan langkah nyata PMI (Palang Merah Indonesia) melalui para relawan di seluruh penjuru Indonesia untuk menebar semangat kebangsaan yaitu semangat gotong royong melalui donor darah untuk sesama yang membutuhkan. Harapan terbesar, kelak para pemuda lah yang menjadi motor perjuangan menuju bangsa yang madani, berideologi Pancasila dan mempraktekannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sesuai dengan nilai ke-2 yaitu Kemanusiaan yang diamanatkan dalam Pancasila.

Relawan PMI Sang Pejuang Nilai Pancasila....
Sila ke-2 jelas berbunyi ..... “Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab “...... . Nilai yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan manusia dalam kontek kebajikan dalam segala hal. Tidak berlebihan jika para relawan PMI (Palang Merah Indonesia) disebut sebagai salah satu panji pelaksana nilai Pancasila yaitu nilai Kemanusiaan. Hal ini terlihat dari kerja keras mereka menyambung kehidupan insan dengan mengumpulkan darah dari para dermawan dari berbagai daerah dan latar belakang yang mendonorkan darahnya untuk ditranfusikan kepada yang membutuhkan [4]
            Kerja keras dan pengabdian yang tidak bisa diremehkan dan harus didukung oleh semua pihak, baik pemerintah sebagai penaung dan regulator, PMI (Palang Merah Indonesia) sebagai pelaksana dan masyarakat Indonesia sebagai pendonor untuk saling bersinergi agar peran relawan PMI (Palang Merah Indonesia) semakin maksimal dan membawa keberkahan bagi bangsa dan negara.

Writter : Muhammad Ihwanudin


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please submit your additional comment or something, thank you !