Source: Google Image
Penentuan perusahaan telekomunikasi terbesar “milik”
Indonesia, merupakan hal yang
sangat sensitif
dan menarik. Menurut
KBBI, kata mi·lik n
[1] kepunyaan; hak; [2] peruntungan; nasib baik: dasar-barangnya yang hilang
akhirnya ditemukan lagi. Kata “milik” mengacu pada perusahaan yang
keberadaan dan pengoper asiannya dikendalikan penuh
oleh institusi
tertentu baik pemerintah, swasta dan perseorangan. Dalam hal perusahaan milik
Indonesia mengacu pada peran mayoritas pemerintah Indonesia dalam perusahaan tersebut berupa kepemilikan saham
perusahaan. Dalam konteks Hak Milik, penting melihat struktur kepemilikan modal atau persentase saham, jika perusahaan tersebut
dilepas ke public (go public). Karena dari struktur kepemilikan saham
tersebut dapat diiidentifikasi siapa pihak yang sebenarnya mengendalikan manajemen dan
arah bisnis perusahaan tersebut.
Berdasarkan kepemilikan saham perusahaan,
hanya PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., sebagai perusahaan yang
berstatus “plat merah” atau BUMN yang eksis dalam industri telekomunikasi
di Indonesia bahkan dunia. Bahkan dengan kepemilikan saham oleh Pemerintah
Republik Indonesia sebesar 52,55%. Berdasarkan
nilai penjualan produk/jasa menurut
majalah Forbes yang dikutip dari Bisnis.com, menempatkan PT Telekomunikasi
Indonesia (Persero) Tbk sebagai salah satu 50 perusahaan terbaik 2016 dengan
nilai penjualan Rp103 Triliun tahun 2016 mengalahkan pesaingnya seperti XL Axiata dan
Indosat OoredoO.
Selain itu, dalam sisi Brand
Value, menurut perusahaan konsultan merek asal London, Brand Finance
2017, menempatkan PT Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk dengan merek “Telkom” sebagai merek paling bernilai di Indonesia dengan
valuasi mencapai US$ 4,3 miliar atau setara 45,8 Triliun (Kurs Rp 13.347).
Berdasarkan Market Share, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
menjadi penguasa pasar telekomunikasi Indonesia dengan cakupan 45% dengan
jumlah pelanggan lebih dari 156 juta pengguna. Berdasarkan fakta tersebut, sangat layak mendaulat PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) sebagai perusahan terbesar dalam
industri telekomunikasi di Indonesia.
Sejak era Revolusi Industri
Inggris sekitar tahun 1760-1830 hingga tahun 1995, Clayton M. Christensen
memperkenalkan gagasan Teknologi Disruptif atau Disruptive technologies.
Sebuah gagasan dimana hadirnya teknologi dan inovasi mampu menciptakan pasar
dan jaringan rantai nilai yang baru, yang memberikan kemudahan bagi penggunanya
(pasar), yang menggantikan produk dan nilai yang sudah tebentuk sebelumnya.
Disruptive technologies memiliki syarat yaitu [1] teknologi baru
tersebut tidak berkembang secara linier dari teknologi sebelumnya; [2] teknologi yang memanfaatkan peluang pasar
ketika penggunaan teknologi lama terasa terlalu kompleks bagi pasar; dan [3] teknologi
yang dihasilkan bukanlah teknologi yang lebih canggih. Justru disruptive
technologies sering berupa teknologi yang lebih inferior (kualitas
rendah) dalam fungsionalitas, bila dibandingkan dengan produk lama yang sejenis.
PT Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk. sebagai market
leader dalam industri telekomunikasi (telco business), melalui Group
Telkom dengan entitas anak seperti Telkomsel, Telin, TelkomMetra, dan TelkomInfra
harus menghadapi tantangan bisnis berbasis Teknologi/Inovasi Disruptif dalam
industri telekomunikasi di dunia.
[Pertanyaan 1] Berikut bagaimana dan apa tantangan serta dampak dari
inovasi/teknologi disruptif terhadap PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
A. Clouds
Technology
Menurut lembaga survei Frost and Sulivan 2017 yang
dikutip oleh situs majalah bisnis SWA, melaporkan pertumbuhan pasar komputasi
awan (cloud computing) di Indonesia mencapai angka lebih dari US$ 120
juta atau hamper Rp 2 Triliun di tahun 2017. Kemudahan dalam implementasi
komputasi awan menjadikan solusi-solusi ini dapat berkembang dengan pesat dan
terus bertumbuh di Indonesia. Konsep Cloud Computing sebenarnya
merupakan konsep lama, yaitu membagi kapasitas komputasi dan aplikasi untuk
dipakai oleh banyak pengguna dengan memanfaatkan internet sebagai basis medium
Terdapat beberapa alasan mengapa Cloud Computing
menjadi pertimbangan penting dalam industri telekomunikasi dunia, khususnya
Indonesia, yaitu: [1] perkembangan freemium yaitu layanan yang gratis dengan
servis premium seperti Google Mail, Yahoo Mail, Facebook, Twitter, Instagram,
Dropbox dan sebagainya aplikasi teknologi cloud computing dapat berkembang
dengan cepat di tengah masyarakat. [2] kesadaran pasar yang semakin besar dan
peningkatan kebutuhan akses daring. Yaitu akses yang real time pada data
bisnis. [3] Selain itu penetrasi pasar perangkat mobile yang cukup tinggi juga
mendorong peningkatan kebutuhan akan cloud computing.
Bebrapa perusahan besar dunia telah berhasil
mengaplikasikan Cloud Computing dan berhasilmembawa perubahan terhadap bisnis
perusahaan. Di Indonesia, PT Teltranet Aplikasi Solusi (Telkomtelstra)
meluncurkan layanan Azure Hybrid Cloud dengan Azure Stack pertama
di Indonesia, bekerja sama dengan Microsoft Indonesia. penetrasi ke pasar jasa
cloud yang tengah berkembang di Indonesia dan membantu perusahaan dalam
mematuhi kebijakan residensi data lokal, latensi yang lebih rendah, serta akses
kinerja yang lebih baik. Solusi hybrid cloud memungkinkan penggunanya
untuk menyimpan beberapa aplikasi atau data dalam lingkungan non-virtual
tradisional, sementara itu beberapa aplikasi atau data lain tersimpan di Private
Cloud dan Public off –Premises yang tersedia secara publik.
Dalam sisi operasi bisnis, pengaplikasian Cloud
Technology memberi dampak positf seperti meningkatkan efisiensi dengan
mengurangi biaya, menciptakan inovasi dengan meningkatkan pendapatan dan aset
yang tersedia, serta men-transformasi bisnis anda dengan model bisnis baru. Melalui
telkomtelstra Public Cloud, pelanggan mampu menghemat lebih dari 40%
mesin virtual Windows Server dalam Azure, bergantung pada cara
pemakaian, alokasi, dan fleksibilitas untuk meningkatkan atau menurunkan skala
setiap saat.
Selain itu bukti keberhasilan Cloud Computing
oleh Platform komputasi awan Amazon, Amazon Web Services (AWS), adalah
bisnis dengan pertumbuhan tercepat dalam sejarah layanan teknologi. AWS
menumbuhkan pendapatannya dari $ 500 juta di tahun 2010 menjadi hampir $ 5
miliar dalam lima tahun.
The
Cloud’s Potential Is Sky-HighAmazon Web Services is the
fastest-growing business in the history of enterprise information technology
Gambar
Pendapatan Amazon Web Services
Dari tantangan teknologi/inovasi disruptif diatas,
menjadi pertimbangan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Melalui group Telkom mengedepankan dan
mengaplikasikan Teknologi Komputasi Awan (Cloud Computing Technology),
melihat posisi sebagai pemimpin pasar agar tetap mempertahankan pasar (loyal)
ditengah persaingan di industri telekomunikasi.
Jika Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Mengaplikasikan Cloud Computing Technology,
maka akan berdampak signifikan terhadap:
1.
Memperkuat dominasi pasar provider telekomunikasi, terutama melalui anak perusahaan PT Telkomsel
yang merajai pangsa pasar hingga 45% dengan nilai penjualan per tahun lebih
dari Rp 100 Triliun atau dalam Net Profit Margin (Net Profit dibagi Total
Pendapatan) berada dikisaran 32% per tahun, dimana angka tersebut berada diatas
rata-rata NPM Telco Industry Asia sebesar 20%.
2.
Mampu
mengintegrasikan semua proses bisnis
lintas entitas dalam Group Telkom yang terdiri dari Telkomsel, Telin, TelkomMetra,
dan TelkomInfra sesuai dengan spesifikasi operasi bisnis entitas. Dengan
terintegrasinya semua entitas, maka akan menciptakan peluang bisnis baru dari
model yang sudah terbentuk seprti efisiensi biaya operasi, transfer informasi
yang cepat, menjamin keamanan data pengguna, manajemen perusahaan yang
terkontrol, dan meningkatkan efektifitas setiap entitas.
3.
Membangun basis pasar yang loyal. Semakin membaik kualitas layanan produk Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk maka akan
meningkatkan loyalitas pelanggan. Hal ini sangat penting bagi perusahaan karena
berpengaruh pada Nilai Merek Perusahaan (Brand Value) melalui performa bisnis.
Sebagai bukti, menurut perusahaan konsultan merek asal London, Brand Finance
2017, menempatkan PT Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk dengan merek “Telkom” sebagai merek paling bernilai di Indonesia dengan
valuasi mencapai US$ 4,3 miliar atau setara 45,8 Triliun (Kurs Rp 13.347).
Note: PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk berpeluang besar membangun Web Services berbasis Cloud
Computing Technology bernama “Telkom
Cloud Technology” dengan cara melakukan kolaborasi kerjasama dengan
perusahaan dengan reputasi cloud technology terbaik seperti Microsoft dengan
Azure, Google, IBM atau Cisco. Hal yang menjadi pertimbangan utama adalah
efisiensi waktu dan biaya dalam membangun Cloud Technology tersebut.
B. Internet
Balloon Google
Gambar Project
Loon Google
Proyek Google Loon yang dikembangkan sejak tahun
2011 atau dikenal juga sebagai balon internet Google di Indonesia, Project
Loon adalah inisiatif yang diambil Google untuk membangun akses internet
murah dan terjangkau di daerah terpencil dan tertinggal. Pengembangannya, akan
menggunakan balon udara khusus yang mengudara di lapisan stratosfer. Balon yang
mengudara setinggi 20 km inilah yang nanti akan menciptakan jaringan nirkabel
dengan kecepatan serupa 3G.
Projek yang sudah direstui oleh tiga operator
terbesar tanah air yaitu Telkomsel, XL, dan Indosat Ooredoo. Namun, dalam
eksekusinya setiap operator akan membagiwilayah operasi sesuai dengan target
pasar dan dukungan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia. Hal yang perlu
diperhatikan adalah manfaat keberadaan salah satu teknologi disruptif tersebut
bagi kelangsungan bisnis PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Menurut data yang dikutip dari situs International
Telecommunication Union tahun 2015, sebanyak hampir 3.2 miliar orang di dunia
menggunakan internet,namun sebanyak 4 miliar orang didunia masih belum
tersentuk internet.
Hal tersebut juga terlihat dari kondisi di Indonesia, dengan masalah terkait Coverage
(cakupan), kapasitas, dan affordability (keterjangkauan harga)
adalah tiga hal besar yang perlu diperhatikan.
Sebagai contoh, Telkomsel berperan
strategis sebagai operator yang menjadi tumpuan 4G LTE Tanah Air. Berdasarkan
data terakhir, saat ini Telkomsel telah menyebar lebih dari 10 ribu Base
Transceiver Station (BTS) di 182 kota di seluruh Indonesia. Pada 2017
Telkomsel menambah lagi lebih dari 10 ribu BTS 4G LTE.
Biaya pembangunan menara BTS
berkisar antara Rp 800 juta – Rp 1 Miliar dengan radius sebaran sinyal sekitar
15 – 20 Km (belum termasuk biaya perawatan dll). Sedangkan Project Loon
berkisar $50 per balon untuk terbang. Bisa dibandingkan jika, PT Telekomunikasi
Indonesia (Persero) Tbk. Melalui perusahaan Telkomsel
yang bekerja sama dengan Google sebagai provider layanan Internet Balloons
dapat memperluas jaringan internet ke seluruh wilayah terluar Indonesia.
Beberapa perusahaan
telekomunikasi dunia telah melakukan komersialisasi Project Loon bersama Google
dengan konsep bagi hasil atas pendapatan yang diperoleh seperti Vodafone di New
Zealand, Telstra di Australia, and Telefonica di Latin America.
Hadirnya teknologi disruptif
Project Loon, memberi manfaat berupa kemampuan menjangkau wilayah terpencil
dalam penyebaran sinyal internet, biaya investasi pengoperasian relatif murah
dibandingkan BTS, praktis dalam membangun, biaya perawatan murah, dan efektif dalammengatasi
kondisi kritis seperti bencana alam,dll. Oleh karena
itu, sangat tepat dan penting keputusan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero)
Tbk. Melalui entitas anak
Telkomsel memanfaatkan momentum Project Loon Google sebagai batu loncatan demi
memperkuat dan memperluas cakupan layanan kepada pelanggan.
C. IoT
(Internet of Things)
Tren teknologi disruptif yang akan terus tumbuh dan
berkembang adalah IoT (Internet of Things). IoT merupakan sebuah inovasi
teknologi disruptif yang mengintegrasikan seluruh perangkat, institusi, dan
pasar/pengguna dengan jaringan yang saling terkoneksi satu-sama lainnya. Peran
operator telekomunikasi sangatlah vital dalam pengaplikasian teknologi IoT.
Internet
of Things (IoT) telah
diberi label sebagai "The Next Industrial Revolution" karena
cara ini akan mengubah cara orang hidup, bekerja, menghibur, dan bepergian,
serta bagaimana pemerintah dan bisnis berinteraksi dengan dunia. Menurut data
penelitian laman BusinessInsider terdapat beberapa kunci penting dalam
tren IoT di masa depan yang berpengaruh pada perusahaan Telkomsel yaitu:
1.
Akan
ada 34 miliar perangkat yang terhubung ke internet pada tahun 2020, naik dari
10 miliar di tahun 2015. Perangkat IoT akan mencapai 24 miliar, sementara
perangkat komputasi tradisional (misalnya smartphone, tablet, smartwatch, dan
lain-lain) akan terdiri dari 10 miliar. Hal tersebut potensi pasar besar
dalam pengadopsian Data Internet, yang akan menaikkan penjualan produk
Telkomsel secara signifikan, demi mempertahankan dominasi pasar.
2.
Perusahaan
di dunia, khususnya telco akan berlomba-lomba mengadopsi IoT dengan tujuan 1)
menurunkan biaya operasi; 2) meningkatkan produktivitas; Dan 3) memperluas ke
pasar baru atau mengembangkan penawaran produk baru.
3.
Pemerintah
difokuskan pada peningkatan produktivitas, penurunan biaya, dan peningkatan
kualitas hidup warganya, sehingga pemerintah (Indonesia) berpotensi menjadi
pengadopsi ekosistem IoT terbesar kedua. Mengingat PT Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk. Sebagai
satu-satunya perusahaan telekomunikasi BUMN maka sudah semestinya akan
diuntungkan atas kedekatandan regulasi yang menjamin kepastian pasar. Telkomsel dapat lebih maksimal
memasarkan SmartOffice pada berbagai instansi pemerintahan dari tingkat desa,
kecamatan, kota/kabupaten,hingga provinsi.
PT Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk. Melalui
entitas anak Telkomsel telah mengadopsi IoT yang mencakup SmartHome, SmartCar,
dan SmartOffice. Salah satu contohnya IndieHome, sebuah manifestasi SmartHome
dimana penghuni terkoneksi, mengontrol, dan mengawasi kondisi rumah dengan
layanan internet.
Dari gambar diatas, diketahui
bahwa IoT akan menjadi pilihan di masa depan. Konsep SmartHome melalui
IndieHome dengan penggunaan perangkat Wi-Fi Hostspot diprediksi akan terus
meningkat di tahun 2020, di kawasan Asia Pasifik memimpin dengan 45%
pertumbuhan, khususnya pasar Indonesia.
Selain itu,dimasa depan
keberadaan Router yang berbasis untuk Wi-Fi akan tergantikan oleh teknologi
bernama Li-Fi. Light Fidelity atau Li-Fi adalah sistem Visible Light Communications
(VLC) yang menjalankan komunikasi nirkabel yang berjalan dengan kecepatan
sangat tinggi. Beberapa perusahaan telekomunikasi seperti Vodafon, pemerintah
Dubai berencana menggunakan Li-Fi Tech untuk membangun SmartCity. Li-Fi
menggunakan lampu LED dioda rumah tangga umum (light emitting diodes) untuk
memungkinkan transfer data, dengan kecepatan hingga 224 gigabits per detik.
Penting bagi Telkomsel mempersiapkan diri untuk berinvestasi pada teknologi
disruptive tersebut untukmenjawab tantangan globalyang semakin menuju pada era
kepraktisan.
D. 5G
LTE Mobile Networks
Gambar Mobile
Data Traffic Growth in 2016
Menurut laporan terbaru Cisco Visual Networking
Index (VNI), Lalu lintas data mobile global tumbuh sekitar 63 persen pada tahun
2016. Tingkat pertumbuhan sangat bervariasi menurut wilayah, dengan Timur
Tengah dan Afrika memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi (96 persen) diikuti
oleh Asia Pasifik (71 persen), Amerika Latin (66 persen), dan Eropa Tengah dan
Timur (64 persen). Eropa Barat tumbuh pada perkiraan 52 persen, dan Amerika
Utara membuntuti Eropa Barat pada pertumbuhan 44 persen di tahun 2016 (lihat
Gambar 1). Di tingkat negara, Indonesia,
China, dan India memimpin pertumbuhan global masing-masing pada 142, 86, dan 76
persen. Ketiga negara ini juga mencapai pertumbuhan lalu lintas pada tahun
2015, meskipun pada tahun 2016, pertumbuhan lalu lintas di Indonesia meningkat (dibandingkan 129 persen pada tahun 2015.
5G adalah fase berikutnya dari teknologi mobile. Pada
2021, 5G akan mendukung 1,5 persen lalu lintas mobile. Konektivitas 5G dengan
bandwidth yang sangat tinggi (100 Mbps) dan ultra low latency (1 milidetik)
diharapkan bisa menggerakkan volume lalu lintas yang sangat tinggi. Sedangkan
4G telah didorong oleh proliferasi perangkat dan akses informasi dinamis, 5G akan
didorong oleh aplikasi IoT.
Gambar Global
Mobile Traffic by Connection Type
Dengan 5G, sumber daya (saluran) akan dialokasikan berdasarkan
kesadaran akan konten, pengguna, dan lokasi. Teknologi ini diharapkan bisa
mengatasi masalah pemberian lisensi dan spektrum frekuensi. Saat ini, ada uji
coba lapangan yang dilakukan oleh beberapa operator, namun, penerapan 5G yang
signifikan tidak diharapkan sampai tahun 2021 dan seterusnya. Ada beberapa
faktor gating seperti persetujuan standar peraturan, strategi ketersediaan
spektrum dan pelelangan dan pengembalian investasi (ROI) untuk membenarkan
investasi yang terkait dengan transisi infrastruktur baru dan penerapannya.
Beberapa perusahaaan telekomunikasi seperti dikutip
dari laman TheStreet 2017, perusahaan telco Huawei China, telah mencoba 5G dan
mampu mendownload filmdengan kualitas grafis Full HD dengan kecepatan 8
Gigabyte Per Second dalam waktu kurang dari 7 menit.
Selain itu, menurut GSM Arena yang dikutip laman
Tempo, operator telekomunikasi Amerika Serikat Verizon menguji teknologi 5G
untuk penggunaan mobile dan stasioner. Verizon bekerja sama dengan perusahaan
yang berbasis di Swedia, Ericsson, untuk mengembangkan inftastruktur 5G secara
luas. Dalam uji coba, antena 5G dipasang pada mobil balap dan throughput
(kecepatan transfer) terus dipantau hingga kecepatan 5+ Gbps dengan kecepatan
lebih rendah sekitar 1+ Gbps. Kecepatan download puncak dilaporkan 6Gbps.
Selain itu Erricson dalam uji coba 5G yang
dilakukan perdana di Indonesia, kecepatan puncak yang berhasil dicatat mencapai
5,75Gbps dengan latensi serendah 3m/s. Latensi rendah yang dihasilkan
ditunjukkan dengan demo pengoperasian tangan robot berbasis motion-sensing.
Jadi, jeda waktu antara pengendali dan robot tak berbeda jauh. Kemampuan lain
dari 5G yang juga ditunjukkan adalah video streaming konten 4K dari server ke
radio base station yang dikirimkan ke perangkat 5G pengguna untuk ditampilkan
di layar TV 4K. Penggunaan radio 5G juga dapat mendukung pemutaran video
beresolusi 4K ke ratusan pengguna sekaligus.
Terdapat alasan bisnis yang perlu menjadi peluang
besar bagi PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Melalui entitas anak demi mempersiapkan
konektivitas 5G di Indonesia. Seperti dinyatakan Ericsson (ERIC) yang memperkirakan
bahwa 5G bisa menjadi peluang $ 1,23 triliun untuk industri nirkabel pada tahun
2026. Perusahaan juga memperkirakan bahwa 5G akan beroperasi sebagai
"model bisnis", bukan hanya "platform teknologi".
Namun, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Sebagai pemimpin pasar berpeluang besar menjagi
“pioneer” 5G di Indonesia bukan tanpa tantangan. Adopsi teknologi disruptif 5G
tersebut membutuhkan spectrum yang tinggi, sehingga hanya beberapa operator
telekomunikasi. Sebagai perhitungan, dengan prediksi alokasi 5G terdapat di
kecepatan 28GHz. Saat ini, total ada 2GHz yang sama dengan 2.000MHz dan jika
dibagai 500MHz (500MHz merupakan lebar pita minimal yang diperlukan untuk
menggelar 5G secara optimal) akan ada empat operator saja yaitu PT XL Axiata
(XL), PT Indosat (Indosat), PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (Ceria), PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel),
PT Smartfren dan PT Bakrie Telecom. Jumlah itu sudah menurun, sejak XL resmi
mengakuisisi Axis.
Dengan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Melalui entitas anak PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) akan berdampak signifikan
terhadap proses bisnis korporasi seperti industri telekomunikasi dapat
berkelanjutan, memiliki biaya lebih efisien dengan biaya yang dikelaurkan, dan skala
ekonomi meningkat dari sumber daya yang dimiliki. Setidaknya ada empat layanan
yang bakal didukung layanan 5G, seperti fixed wireless access, factory
otomation, connected transport, dan extreme mobile broadband.
Sehingga posisi sebagai pemimpin pasar akan semakin kuat, dengan adanya
pengingkatan cakupan pasar dan kualitas layanan di seluruh Indonesia.
E. E-SIM
(Electronic SIM Card)
E-SIM merupakan
teknologi baru berupa sim card virtual. Pelat SIM perak yang ada pada kartu SIM
langsung ditanam di cip modem ponsel. E-SIM dapat memberikan kemudahan bagi
para pengguna karena mereka tidak harus memiliki sim card secara fisik. Para
pengguna dapat mengganti operator pada device mereka dengan mudah melalui cara
digital tanpa harus memiliki sim card baru dan kemudian menukarnya dengan sim
card sebelumnya. Apple dan Samsung menerapkan e-SIM ini untuk memberikan fitur
yang lebih bernilai lagi bagi para pengguna smart phone mereka.
Di Indonesia, salah satu
kompetitor Telkom, yakni Indosat Ooredoo, pada tahun 2016 lalu telah menyatakan
bahwa ia akan menjalin kerja sama dengan Taisys serta bergabung dengan platform
slimduet® GreenRoam Alliance’s. Slimduet® merupakan ekosistem e-SIM komersial
pertama di dunia yang memungkinkan penyediaan sim card virtual. Dengan
menggunakan platform Taisys’ slimduet® ini, Indosat Ooredoo nantinya dapat
menawarkan sim card virtual (e-SIM) kepada para pelanggannya secara digital.
Hal tersebut tentu saja
akan menimbulkan dampak yang cukup besar bagi Telkom. Bukan hal yang tidak
mungkin jika beberapa persen dari pelanggan Telkom akan berpindah ke provider
lain karena adanya fasilitas e-SIM. Pelanggan, terutama yang sering berpergian
ke luar negeri akan sangat dimudahkan dengan adanya teknologi ini. Para turis
yang datang ke Indonesia kini tidak memerlukan lagi sim card secara fisik.
Mereka cukup membeli dan mengunduh kartu prabayar lokal Indosat Ooredoo lewat
aplikasi slimduet® tersebut. Pelanggan dapat mengoperasikan device mereka di
seluruh dunia hanya dengan satu sim card saja.
Dalam menerapkan suatu
teknologi yang baru tidaklah mudah. Salah satu tantangan yang dihadapi perusahaan
terhadap munculnya e-SIM ini ialah device yang belum men-support. Belum
semua smartphone mendukung layanan ini. Hingga saat ini, perangkat pertama yang
mendukung e-SIM adalah smartwatch milik Samsung. Masih belum terdapat informasi
yang jelas mengenai kapan Apple dan Samsung akan menyediakan smartphone dengan
kemampuan dukungan sim card virtual ini. Hal tersebut dikarenakan butuh waktu
bagi para vendor dan operator untuk mulai membangun layanan ini. Itulah salah
satu alasan mengapa hingga saat ini, Telkom belum menerapkan teknologi e-SIM
tersebut.
Tidak hanya itu, e-SIM
dinilai kurang menguntungkan bagi perusahaan. Hal tersebut dikarenakan e-SIM
ini nantinya hanya menguntungkan perusahaan yang tidak memiliki infrastuktur
jaringan. Memang benar jika pengguna smart phone nantinya tidak harus merasakan
koneksi yang lambat karena sinyal yang buruk. Mereka dapat memiliki operator
mana yang mau mereka gunakan di tempat-tempat tertentu. Pengguna juga tidak
perlu dibingungkan dengan sistem pembayaran ke masing-masing operator.
Pembayaran telah terintegrasi ke satu perusahaan yakni perusahaan produksi
smart phone. Alhasil, penentuan tarif akan diintervensi oleh pihak-pihak lain
dan menyulitkan proses pembentukan harga.
[Pertanyaan
2] Bagaimana respon anda dalam menyikapi keberadaan inovasi tersebut?
Berdasarkan berbagai
pertimbangan dampak hadirnya
teknologi disruptif tersebut, sikap kami sebagai para petinggi PT Telekomunikasi
Indonesia (Persero) Tbk. sangat menyambut positif dan membuka peluang
pengaplikasian teknologi disrupstif dalam bisnis di industri telekomunikasi
dunia, khususnya di Indonesia.
Teknologi disruptif dapat membangun Competitive
Advantages yang mempu memberikan keuntungan baik secara finansial dan
social, sekaligus sebagai alat untuk memonitor operasional perusahaan apakah
sudah sesuai dengan tujuan utama atau tidak. Berdasarkan pendekatan yang dibangun
oleh KPMG tahun 2017, Disruptive Technology Value Map yang membantu para
pemimpin perusahaan membuat keputusan investasi, sekaligus alat benchmark
dengan perusahaan lain berdasarkan investment-versus-impact model. Sebuah
model yang menunjukkan perbandingan dari investasi statregik perusahaan terhadap
terciptanya dampak signifikan pada operasional perusahaan dan pengalaman
pelanggan Dapat diperoleh hasil
pertimbangan yang membuat manajemen PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk perlu mengadopsi teknologi disruptif yaitu :
1.
Table Stakes
Teknologi dalam kuadran Table Stakes merupakan
teknologi yang paling banyak menerima kucuran dana investasi dan mampu
emnghasilkan dampak yang sangat kuat pada era saat ini. Teknologi yang telah mencapai
tahap awal kematangan bisnis namun tetap giat berinovasi dan menantang untuk
mendominasi pasar dimasa depan. Di bidang telekomunikasi, seluler (cellular), awan (Cloud Tech) dan D & A mewakili kuadran Table
Stakes. Sebagai contoh, berbagai perusahaan telekomunikasi di dunia telah mulai
berinvetasi mengembangkan infrastruktur untuk mendukung jaringan 5G yang
diklaim memiliki perfoma lebih baik disbanding pendahulunya 1G, 2G, 3G dan 4G.
Menurut laman US Today, Verizon berinvestasi
sebesar $3,1 Miliar setara dengan Rp 40 Triliun lebih untuk membangun jaringan
kabel optic dan spectrum di wilayah Amerika Serikat.
Melihat keseriusan Verizon, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk melalui anak perusahaan terutama Telkomsel, dengan
performa keungan yang sangat baik, dimana rata-rata penjualan terhadap group
Telkom berkisar Rp 100 Triliun lebih pertahun, dengan Net Profit Margin 32% atau
berada diatas rata-rata penjualan perusahaan telco asia yaitu dengan Net Profit
Margin 20%. Dengan perhitungan, Group Telkom berinvestasi sebesar 10% dari
total laba bersih sekitar Rp 10,3 Triliun, secara bertahap untuk berinvestasi
pada BTS, Spektrum dan memperluas jaringan kabel serat optic yang sudah
terbangun melalui layanan Telkomsel.
2.
Maturing
Media Sosial telah tumbuh begitu pesat baik
platform Android dan iOS. Media sosial sudah mencapai kematangan. Ini adalah
alat yang sangat diperlukan yang tidak memerlukan investasi berkelanjutan yang
besar. Media sosial dapat menginformasikan sejumlah keputusan strategis dan
operasional, dengan umpan balik real-time yang vital mengenai kinerja dan
perspektif jaringan pada pelanggan dan pemangku kepentingan peraturan.
Group Telkom melalui Telkomsel telah membuktikan
dominasi pasar telco Indonesia karena sebagian besar pasar sangat dekat dengan
Media Sosial yang sudah menjadi gaya hidup. Terbukti dengan jumlah pengguna
lebih dari 176 juta, dengan pangsa pasar 45%.
3.
Strategic
Teknologi strategis mendapat investasi yang besar
era sekarang, dengan harapan terbentuknya basis pasar yang kuat dan matang di
masa depan. Marketing Platform saat ini menjadialat yang sangat penting bagi
perusahaan telco, dengan dibantu oleh konten dan layanan baru, kekuatan analisi
data, dan jaringan pasar yang luas. Sehingga mampu membentuk Keunggulan
Bersaing dalam industri telekomunikasi.
Sebagai contoh nyata, dimana GroupTelkom melalui
marketing platform dan market place Blanja.com
menjadi salah satu situs jual beli produk secara online. Blanja.com yang dikelolalangsung oleh Group Telkom bekerjasama
dengan ebay untuk mendukung layanan.
Bahkan melalui Blanja.com pemerintah menggunakan perusahaan BUMN nya untuk memperkenalkan
produk UMKM (Small Medium Enterprises) dengan penawaran harga terjangkau
dan kualitas terjamin.
4.
Sunrise/Sunset
Teknologi Sunrise menerima tingkat menengah
investasi yang ditargetkan dan mulai menghasilkan tingkat dampak menengah.
Teknologi Sunset telah melewati masa keefektifannya dan melihat tingkat
investasi dan dampak yang menurun. Teknologi Sunrice : pasar on-demand, IoT,
AI, wearable, dan VR / AR. Satu teknologi matahari terbit yang memiliki prospek
dampak positif untuk fraksi telekomunikasi adalah pembayaran digital, yang
dapat dihadapi pelanggan (misalnya Samsung Pay atau Apple Pay), berbasis dompet
(misalnya Google Wallet) atau back-end (misalnya pemroses pembayaran).
5.
Nascent :Future Stars
Teknologi yang baru lahir menerima tingkat
investasi yang ditargetkan lebih rendah dan belum menghasilkan dampak serius
namun dipandang sebagai bintang masa depan yang potensial. Salah satunya
teknologi Robotik. Meskipun saat ini, robot digunakan di sector manufaktur
berat (otomotif, perakitan, tambang, dll) suatu saat teknologi robot akan lebih
dinamis dan hybrid.
[Pertanyaan
3] Berikut contoh implementasi sikap kami sebagai petinggi perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
dalam mengadopsi teknologi disruptif tersebut
dalam melakukan eksekusi
suatu keputusan perlu adanya panduan/petunjuk secara empiris, agar manajemen
perusahaan tidak bertindak dan mampu mencapai tujuan secara maksimal. Berikut
dasar petimbangan implemetasi sikap berdasarkan analisis persaingan bisnis Group
Telkom melaluientitas anak Telkomsel memiliki keuatan besar untukmengadopsi
teknologi disruptif beerdasarkan analaisis IFE, EFE, CPM, BCG Matri
Gambar IFE-EFE
Berdasarkan
hasil perhitungan IFE dan EFE menunjukkan nilai totalmasing-masing yang sangat
menarik, berdasarkan pada kriteria-kriterian pengukuran dalam perspektif Internal perusahaan yaitu Streght dan Weaknesses. Sedangkan pada perspektif
Eksternal perusahaan yaitu Opportunities
dan Threats. Dari nilai total
tersebut menjadi dasar penentuan lokasi kuadran perusahaan pada table CPM
(Competitive Profiles Matrix) yang menunjukkan posisi perusahaan pada kuadaran
tertentu yang menjadi dasar pengmabilan keputusan sesuai kondisi ekternal dan
internal perusahaan dibandingkan performa perusahaan lain dalamindustri
telekomunikasi. Kami akan menggunakan entitas anak Telkomsel sebagai sampel
pengukuran CPM, karena Telkomsel sebagai pemimpin pasar telekomunikasi provider
selular di Indonesia.
Kesimpulannya, Telkomsel dibandingkan pesaingnya
Indosat dan XL Axiata, memiliki nilai CPM yang terpaut cukup jauh. Hal ini
berarti Telkomsel memiliki daya tawar pasar yang lebih kuat, potensi ekspansi
lebih besar dan peluang mengadopsi teknologi disruptif terbesar dibandingkan XL
Axiata dan Indosat.
IE Matrix
Berdasarkan IE Matrix, Group Telkom melaui entitas
anak sebagai sampel uji, berada pada kuadran V (Lima). Hal ini menjadi dasar implementasi sikap kami
terhadapkeputusan untuk mengadopsi teknologi disruptif tersebut yaitu:
1.
Melakukan
kerjasama aliansi strategis.
Kecenderungan bisnis di masa depan melihat kompetisi bukan sebagai ajang saling
“membunuh” para pesaingnya, namun lebih kepada bagaimana kemampuan perusahaan
mengelola competitor yang menguntungkan perusahaan. Group Telkom perlu melihat
tren bisnis berbasis teknologi disruptif dimasa depan seperti Game, Music
Video, Cloud Computing, E-Commerce, VR/AR, dll.
Maka Group Telkom perlu menjalin kerjasama dengan
para perusahaan yang kompeten dalam sector tersebut seperti grafis game NVIDIA
dan Intel untukmemberikan pengalam yang lebih baik kepada pengguna game
berbasis internet (Telkomsel), Ericsson untuk mengembangkan jaringan fiber
optic dan spectrum untuk implementasi 5G dimasa depan, PureLiFi sebagai
pengembang Li-Fi terkenal di dunia. E-bay untuk mendukung market place platform
yang sudah terbangun Blanja.com.
2.
Investasi dalam Indonesia Digital Network 5G di tahun
2020. Prediksi pada
tahun 2020 5G telah siap dikomersilisasikan. Dengan pertimbangan bahwa makroekonomi
Indonesia di masa depan cenderung mengalami perubahan seperti inflasi, kurs
mata uang, struktur pasar, dan terpenting adalah perkembangan trend teknologi
disruptif. Jaringan fiber optic dipilih karena kemampuan transfer rate data
yang sangat baik sehingga rumah-rumah, perkantoran, bahkan pemerintahan dapat
menikmati internet yang kencang dan stabil.
Maka, Group Telkom investasi besar dengan asumsi
seperti tahun 2015, Telkom hingga akhir 2015 memiliki 10.000 sumber daya
teknisi untuk membangun jaringan kecepatan
Media
|
Kecepatan
|
Biaya
|
Twisted Pair
|
300 bps – 10 Mbps
|
Rendah
|
Coaxial Cable
|
56 Kbps – 200 Mbps
|
Rendah
|
Microwave
|
256 Kbps – 100 Mbps
|
Tinggi
|
Satellite
|
256 Kbps – 100 Mbps
|
Tinggi
|
Fiber Optic
|
500 Kbps – 6.4 Tbps
|
Tinggi
|
Tabel Perbandingan Kecepatan Fiber
Optic
tinggi itu. anggaran belanja modal Telkom tahun ini
sebesar Rp 25 triliun sampai Rp 30 triliun, sekitar 30 persen di antaranya
bakal dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur telekomunikasi pitalebar. Sementara
itu, 60 persen belanja modal tahun ini dialokasikan untuk anak perusahaannya
yang bergerak di bisnis telekomunikasi seluler, Telkomsel, dan sisanya untuk
ekspansi internasional. Terbukti, pada laporan keuangan 2016, Telkom berhasil
mencatat penjualan Rp 103 triliun, dengan nilai NPM berkisar 32% diatas
rata-rata NPM industri Telco Asia sebesar 20%.
3.
Investasi pada layanan Cloud Computing
Technology. Tren bisnis berbasis teknologi komputasi awan akan
semakin tinggi di masa depan. Saat ini perlu bagi Group Telkom membangun
teknologi tersebut yang memberikan keunggulan kelincahan, fleksibilitas,
otomatisasi, dan manajemen infrastruktur bisnis skala besar. Sebagai perusahaan
BUMN, pasar yang sudah jelas namun belum maksimal yaitu Pemerintah dan MUKM
(SME’s) yang dituntut dapat beradaptasi dan semakin ramping dengan pengadopsian
teknologi disruptif tersebut. Perusahaan telco yang telah berhasil salah satunya
Verizon Cloud Computing. Verizon
menyediakan layanan platform awan bagi sector pemerintahan dan organisasi
bisnisyang berorientasi pada teknologi. Dukungan tinggi pada kelincahan,
kemudahan, dan keamanan.
Bagi kalian yang mau artikel tersebut akses dan download FULL WORD di link di bawah ini!!!
👇👇👇