Tampilkan postingan dengan label manajemen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label manajemen. Tampilkan semua postingan

Jumat, 29 Oktober 2021

STRUCTURAL EQUATION MODELING (SEM) BERBASIS VARIAN: Konsep Dasar dan Aplikasi dengan Program SmartPLS 3.2.8 dalam Riset Bisnis


Surabaya, 29 October 2021. Structural Equation Modeling (SEM) adalah teknik analisis statistik multivariat yang digunakan untuk menganalisis hubungan struktural. Teknik ini merupakan kombinasi dari analisis faktor dan analisis regresi berganda, dan digunakan untuk menganalisis hubungan struktural antara variabel terukur dan konstruksi laten. Metode ini lebih disukai oleh peneliti karena memperkirakan ketergantungan ganda dan saling terkait dalam satu analisis. Dalam analisis ini digunakan dua jenis variabel yaitu variabel endogen dan variabel eksogen. Variabel endogen setara dengan variabel dependen dan sama dengan variabel independen.

Kapan Menggunakan PLS-SEM (dan Kapan Tidak)

Rambut dkk. (2019), hal. 5: "Peneliti harus memilih PLS-SEM:

  • ketika analisis berkaitan dengan pengujian kerangka teoretis dari perspektif prediksi;
  • ketika model struktural kompleks dan mencakup banyak konstruksi, indikator dan/atau hubungan model;
  • ketika tujuan penelitian adalah untuk lebih memahami kompleksitas yang meningkat dengan mengeksplorasi perluasan teoritis dari teori-teori yang sudah mapan (penelitian eksplorasi untuk pengembangan teori);
  • ketika model jalur mencakup satu atau lebih konstruksi yang diukur secara formatif;
  • ketika penelitian terdiri dari rasio keuangan atau jenis artefak data yang serupa;
  • ketika penelitian didasarkan pada data sekunder/arsip, yang mungkin tidak memiliki dasar yang komprehensif atas dasar teori pengukuran;
  • ketika populasi kecil membatasi ukuran sampel (misalnya penelitian bisnis-ke-bisnis); tetapi PLS-SEM juga bekerja sangat baik dengan ukuran sampel yang besar;
  • ketika masalah distribusi menjadi perhatian, seperti kurangnya normalitas; dan
  • ketika penelitian membutuhkan skor variabel laten untuk analisis tindak lanjut."
Berikut ini ebook yang menjadi panduan untuk memahami praktek aplikasi SmartPLS berbasis versi 3.2.8.

STRUCTURAL EQUATION MODELING (SEM) BERBASIS VARIAN: Konsep Dasar dan Aplikasi dengan Program SmartPLS 3.2.8 dalam Riset Bisnis
Rahmad Solling Hamid, S.E., M.M dan Dr. Suhardi M Anwar, Drs., M.M
Penulis: Rahmad Solling Hamid, S.E., M.M dan Dr. Suhardi M Anwar, Drs., M.M
Editor: Abiratno, Sofa Nurdiyanti, Dra. Annis Diniati Raksanagara, M.Si.
Desainer isi: Ahmad Nashir
Desainer Sampul: Fachmy Casofa
Cetakan 1, Juni 2019
ISBN: 978-602-53911-7-0

Diterbitkan oleh
PT Inkubator Penulis Indonesia
(Institut Penulis Indonesia)
Anggota Ikapi DKI Jakarta No. 541/DKI/2017
Jalan Kramat Raya (Kompleks Ruko Maya Indah No. 5H), Senen,
Jakarta Pusat
Telp. (021) 390923
pos-el: institutpenulis.id@gmail.com
www.institutpenulis.id

Berikut link download:


Terima kasih atas kunjungannya, semoga membantu!

Jumat, 30 April 2021

Masa Depan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Menghadapi Era Disruptif dengan Teknologi 5G


Source: Google Image 

Penentuan perusahaan telekomunikasi terbesar “milik” Indonesia, merupakan hal yang sangat sensitif dan menarik. Menurut KBBI, kata mi·lik n [1] kepunyaan; hak; [2] peruntungan; nasib baik: dasar-barangnya yang hilang akhirnya ditemukan lagi. Kata “milik” mengacu pada perusahaan yang keberadaan dan pengoper asiannya dikendalikan penuh oleh institusi tertentu baik pemerintah, swasta dan perseorangan. Dalam hal perusahaan milik Indonesia mengacu pada peran mayoritas pemerintah Indonesia dalam perusahaan tersebut berupa kepemilikan saham perusahaan. Dalam konteks Hak Milik, penting melihat struktur kepemilikan modal atau persentase saham, jika perusahaan tersebut dilepas ke public (go public). Karena dari struktur kepemilikan saham tersebut dapat diiidentifikasi siapa pihak yang sebenarnya mengendalikan manajemen dan arah bisnis perusahaan tersebut[1].

Berdasarkan kepemilikan saham perusahaan, hanya PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., sebagai perusahaan yang berstatus “plat merah” atau BUMN yang eksis dalam industri telekomunikasi di Indonesia bahkan dunia. Bahkan dengan kepemilikan saham oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 52,55%[2]. Berdasarkan nilai penjualan produk/jasa menurut majalah Forbes yang dikutip dari Bisnis.com, menempatkan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk sebagai salah satu 50 perusahaan terbaik 2016 dengan nilai penjualan Rp103 Triliun tahun 2016 mengalahkan pesaingnya seperti XL Axiata dan Indosat OoredoO[3].

Selain itu, dalam sisi Brand Value, menurut perusahaan konsultan merek asal London, Brand Finance 2017, menempatkan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dengan merek Telkom sebagai merek paling bernilai di Indonesia dengan valuasi mencapai US$ 4,3 miliar atau setara 45,8 Triliun (Kurs Rp 13.347)[4]. Berdasarkan Market Share, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk menjadi penguasa pasar telekomunikasi Indonesia dengan cakupan 45% dengan jumlah pelanggan lebih dari 156 juta pengguna[5]. Berdasarkan fakta tersebut, sangat layak mendaulat PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) sebagai perusahan terbesar dalam industri telekomunikasi di Indonesia.

Sejak era Revolusi Industri Inggris sekitar tahun 1760-1830 hingga tahun 1995, Clayton M. Christensen memperkenalkan gagasan Teknologi Disruptif atau Disruptive technologies. Sebuah gagasan dimana hadirnya teknologi dan inovasi mampu menciptakan pasar dan jaringan rantai nilai yang baru, yang memberikan kemudahan bagi penggunanya (pasar), yang menggantikan produk dan nilai yang sudah tebentuk sebelumnya[6]. Disruptive technologies memiliki syarat yaitu [1] teknologi baru tersebut tidak berkembang secara linier dari teknologi sebelumnya; [2] teknologi yang memanfaatkan peluang pasar ketika penggunaan teknologi lama terasa terlalu kompleks bagi pasar; dan [3] teknologi yang dihasilkan bukanlah teknologi yang lebih canggih. Justru disruptive technologies sering berupa teknologi yang lebih inferior (kualitas rendah) dalam fungsionalitas, bila dibandingkan dengan produk lama yang sejenis[7].

PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. sebagai market leader dalam industri telekomunikasi (telco business), melalui Group Telkom dengan entitas anak seperti Telkomsel, Telin, TelkomMetra, dan TelkomInfra[8] harus menghadapi tantangan bisnis berbasis Teknologi/Inovasi Disruptif dalam industri telekomunikasi di dunia.

[Pertanyaan 1] Berikut bagaimana dan apa tantangan serta dampak dari inovasi/teknologi disruptif terhadap PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.

A.    Clouds Technology

Menurut lembaga survei Frost and Sulivan 2017 yang dikutip oleh situs majalah bisnis SWA, melaporkan pertumbuhan pasar komputasi awan (cloud computing) di Indonesia mencapai angka lebih dari US$ 120 juta atau hamper Rp 2 Triliun di tahun 2017. Kemudahan dalam implementasi komputasi awan menjadikan solusi-solusi ini dapat berkembang dengan pesat dan terus bertumbuh di Indonesia. Konsep Cloud Computing sebenarnya merupakan konsep lama, yaitu membagi kapasitas komputasi dan aplikasi untuk dipakai oleh banyak pengguna dengan memanfaatkan internet sebagai basis medium

Terdapat beberapa alasan mengapa Cloud Computing menjadi pertimbangan penting dalam industri telekomunikasi dunia, khususnya Indonesia, yaitu: [1] perkembangan freemium yaitu layanan yang gratis dengan servis premium seperti Google Mail, Yahoo Mail, Facebook, Twitter, Instagram, Dropbox dan sebagainya aplikasi teknologi cloud computing dapat berkembang dengan cepat di tengah masyarakat. [2] kesadaran pasar yang semakin besar dan peningkatan kebutuhan akses daring. Yaitu akses yang real time pada data bisnis. [3] Selain itu penetrasi pasar perangkat mobile yang cukup tinggi juga mendorong peningkatan kebutuhan akan cloud computing[9].

Bebrapa perusahan besar dunia telah berhasil mengaplikasikan Cloud Computing dan berhasilmembawa perubahan terhadap bisnis perusahaan. Di Indonesia, PT Teltranet Aplikasi Solusi (Telkomtelstra) meluncurkan layanan Azure Hybrid Cloud dengan Azure Stack pertama di Indonesia, bekerja sama dengan Microsoft Indonesia. penetrasi ke pasar jasa cloud yang tengah berkembang di Indonesia dan membantu perusahaan dalam mematuhi kebijakan residensi data lokal, latensi yang lebih rendah, serta akses kinerja yang lebih baik. Solusi hybrid cloud memungkinkan penggunanya untuk menyimpan beberapa aplikasi atau data dalam lingkungan non-virtual tradisional, sementara itu beberapa aplikasi atau data lain tersimpan di Private Cloud dan Public off –Premises yang tersedia secara publik.

Dalam sisi operasi bisnis, pengaplikasian Cloud Technology memberi dampak positf seperti meningkatkan efisiensi dengan mengurangi biaya, menciptakan inovasi dengan meningkatkan pendapatan dan aset yang tersedia, serta men-transformasi bisnis anda dengan model bisnis baru. Melalui telkomtelstra Public Cloud, pelanggan mampu menghemat lebih dari 40% mesin virtual Windows Server dalam Azure, bergantung pada cara pemakaian, alokasi, dan fleksibilitas untuk meningkatkan atau menurunkan skala setiap saat[10].

Selain itu bukti keberhasilan Cloud Computing oleh Platform komputasi awan Amazon, Amazon Web Services (AWS), adalah bisnis dengan pertumbuhan tercepat dalam sejarah layanan teknologi. AWS menumbuhkan pendapatannya dari $ 500 juta di tahun 2010 menjadi hampir $ 5 miliar dalam lima tahun.

The Cloud’s Potential Is Sky-HighAmazon Web Services is the fastest-growing business in the history of enterprise information technology


Gambar Pendapatan Amazon Web Services

Dari tantangan teknologi/inovasi disruptif diatas, menjadi pertimbangan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Melalui group Telkom mengedepankan dan mengaplikasikan Teknologi Komputasi Awan (Cloud Computing Technology), melihat posisi sebagai pemimpin pasar agar tetap mempertahankan pasar (loyal) ditengah persaingan di industri telekomunikasi.

Jika Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Mengaplikasikan Cloud Computing Technology, maka akan berdampak signifikan terhadap:

1.     Memperkuat dominasi pasar provider telekomunikasi, terutama melalui anak perusahaan PT Telkomsel yang merajai pangsa pasar hingga 45% dengan nilai penjualan per tahun lebih dari Rp 100 Triliun atau dalam Net Profit Margin (Net Profit dibagi Total Pendapatan) berada dikisaran 32% per tahun, dimana angka tersebut berada diatas rata-rata NPM Telco Industry Asia sebesar 20%.

2.     Mampu mengintegrasikan semua proses bisnis lintas entitas dalam Group Telkom yang terdiri dari Telkomsel, Telin, TelkomMetra, dan TelkomInfra sesuai dengan spesifikasi operasi bisnis entitas. Dengan terintegrasinya semua entitas, maka akan menciptakan peluang bisnis baru dari model yang sudah terbentuk seprti efisiensi biaya operasi, transfer informasi yang cepat, menjamin keamanan data pengguna, manajemen perusahaan yang terkontrol, dan meningkatkan efektifitas setiap entitas.

3.     Membangun basis pasar yang loyal. Semakin membaik kualitas layanan produk Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk maka akan meningkatkan loyalitas pelanggan. Hal ini sangat penting bagi perusahaan karena berpengaruh pada Nilai Merek Perusahaan (Brand Value) melalui performa bisnis. Sebagai bukti, menurut perusahaan konsultan merek asal London, Brand Finance 2017, menempatkan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dengan merek Telkom sebagai merek paling bernilai di Indonesia dengan valuasi mencapai US$ 4,3 miliar atau setara 45,8 Triliun (Kurs Rp 13.347).

Note: PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk berpeluang besar membangun Web Services berbasis Cloud Computing Technology bernama “Telkom Cloud Technology” dengan cara melakukan kolaborasi kerjasama dengan perusahaan dengan reputasi cloud technology terbaik seperti Microsoft dengan Azure, Google, IBM atau Cisco. Hal yang menjadi pertimbangan utama adalah efisiensi waktu dan biaya dalam membangun Cloud Technology tersebut.

B.    Internet Balloon Google

Gambar Project Loon Google

Proyek Google Loon yang dikembangkan sejak tahun 2011 atau dikenal juga sebagai balon internet Google di Indonesia, Project Loon adalah inisiatif yang diambil Google untuk membangun akses internet murah dan terjangkau di daerah terpencil dan tertinggal. Pengembangannya, akan menggunakan balon udara khusus yang mengudara di lapisan stratosfer. Balon yang mengudara setinggi 20 km inilah yang nanti akan menciptakan jaringan nirkabel dengan kecepatan serupa 3G[11].

Projek yang sudah direstui oleh tiga operator terbesar tanah air yaitu Telkomsel, XL, dan Indosat Ooredoo. Namun, dalam eksekusinya setiap operator akan membagiwilayah operasi sesuai dengan target pasar dan dukungan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia. Hal yang perlu diperhatikan adalah manfaat keberadaan salah satu teknologi disruptif tersebut bagi kelangsungan bisnis PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Menurut data yang dikutip dari situs International Telecommunication Union tahun 2015, sebanyak hampir 3.2 miliar orang di dunia menggunakan internet,namun sebanyak 4 miliar orang didunia masih belum tersentuk internet[12]. Hal tersebut juga terlihat dari kondisi di Indonesia, dengan masalah terkait Coverage (cakupan), kapasitas, dan affordability (keterjangkauan harga) adalah tiga hal besar yang perlu diperhatikan.

Sebagai contoh, Telkomsel berperan strategis sebagai operator yang menjadi tumpuan 4G LTE Tanah Air. Berdasarkan data terakhir, saat ini Telkomsel telah menyebar lebih dari 10 ribu Base Transceiver Station (BTS) di 182 kota di seluruh Indonesia. Pada 2017 Telkomsel menambah lagi lebih dari 10 ribu BTS 4G LTE.

Biaya pembangunan menara BTS berkisar antara Rp 800 juta – Rp 1 Miliar dengan radius sebaran sinyal sekitar 15 – 20 Km (belum termasuk biaya perawatan dll). Sedangkan Project Loon berkisar $50 per balon untuk terbang. Bisa dibandingkan jika, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Melalui perusahaan Telkomsel yang bekerja sama dengan Google sebagai provider layanan Internet Balloons dapat memperluas jaringan internet ke seluruh wilayah terluar Indonesia.

Beberapa perusahaan telekomunikasi dunia telah melakukan komersialisasi Project Loon bersama Google dengan konsep bagi hasil atas pendapatan yang diperoleh seperti Vodafone di New Zealand, Telstra di Australia, and Telefonica di Latin America[13].

Hadirnya teknologi disruptif Project Loon, memberi manfaat berupa kemampuan menjangkau wilayah terpencil dalam penyebaran sinyal internet, biaya investasi pengoperasian relatif murah dibandingkan BTS, praktis dalam membangun, biaya perawatan murah, dan efektif dalammengatasi kondisi kritis seperti bencana alam,dll. Oleh karena itu, sangat tepat dan penting keputusan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Melalui entitas anak Telkomsel memanfaatkan momentum Project Loon Google sebagai batu loncatan demi memperkuat dan memperluas cakupan layanan kepada pelanggan.

C.    IoT (Internet of Things)

Tren teknologi disruptif yang akan terus tumbuh dan berkembang adalah IoT (Internet of Things). IoT merupakan sebuah inovasi teknologi disruptif yang mengintegrasikan seluruh perangkat, institusi, dan pasar/pengguna dengan jaringan yang saling terkoneksi satu-sama lainnya. Peran operator telekomunikasi sangatlah vital dalam pengaplikasian teknologi IoT.

Internet of Things (IoT) telah diberi label sebagai "The Next Industrial Revolution" karena cara ini akan mengubah cara orang hidup, bekerja, menghibur, dan bepergian, serta bagaimana pemerintah dan bisnis berinteraksi dengan dunia. Menurut data penelitian laman BusinessInsider terdapat beberapa kunci penting dalam tren IoT di masa depan yang berpengaruh pada perusahaan Telkomsel yaitu:

1.     Akan ada 34 miliar perangkat yang terhubung ke internet pada tahun 2020, naik dari 10 miliar di tahun 2015. Perangkat IoT akan mencapai 24 miliar, sementara perangkat komputasi tradisional (misalnya smartphone, tablet, smartwatch, dan lain-lain) akan terdiri dari 10 miliar. Hal tersebut potensi pasar besar dalam pengadopsian Data Internet, yang akan menaikkan penjualan produk Telkomsel secara signifikan, demi mempertahankan dominasi pasar.

2.     Perusahaan di dunia, khususnya telco akan berlomba-lomba mengadopsi IoT dengan tujuan 1) menurunkan biaya operasi; 2) meningkatkan produktivitas; Dan 3) memperluas ke pasar baru atau mengembangkan penawaran produk baru.

3.     Pemerintah difokuskan pada peningkatan produktivitas, penurunan biaya, dan peningkatan kualitas hidup warganya, sehingga pemerintah (Indonesia) berpotensi menjadi pengadopsi ekosistem IoT terbesar kedua. Mengingat PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Sebagai satu-satunya perusahaan telekomunikasi BUMN maka sudah semestinya akan diuntungkan atas kedekatandan regulasi yang menjamin kepastian pasar. Telkomsel dapat lebih maksimal memasarkan SmartOffice pada berbagai instansi pemerintahan dari tingkat desa, kecamatan, kota/kabupaten,hingga provinsi.

PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Melalui entitas anak Telkomsel telah mengadopsi IoT yang mencakup SmartHome, SmartCar, dan SmartOffice. Salah satu contohnya IndieHome, sebuah manifestasi SmartHome dimana penghuni terkoneksi, mengontrol, dan mengawasi kondisi rumah dengan layanan internet.


Dari gambar diatas, diketahui bahwa IoT akan menjadi pilihan di masa depan. Konsep SmartHome melalui IndieHome dengan penggunaan perangkat Wi-Fi Hostspot diprediksi akan terus meningkat di tahun 2020, di kawasan Asia Pasifik memimpin dengan 45% pertumbuhan, khususnya pasar Indonesia.


Gambar Li-Fi Tech

Selain itu,dimasa depan keberadaan Router yang berbasis untuk Wi-Fi akan tergantikan oleh teknologi bernama Li-Fi. Light Fidelity atau Li-Fi adalah sistem Visible Light Communications (VLC) yang menjalankan komunikasi nirkabel yang berjalan dengan kecepatan sangat tinggi. Beberapa perusahaan telekomunikasi seperti Vodafon, pemerintah Dubai berencana menggunakan Li-Fi Tech untuk membangun SmartCity. Li-Fi menggunakan lampu LED dioda rumah tangga umum (light emitting diodes) untuk memungkinkan transfer data, dengan kecepatan hingga 224 gigabits per detik. Penting bagi Telkomsel mempersiapkan diri untuk berinvestasi pada teknologi disruptive tersebut untukmenjawab tantangan globalyang semakin menuju pada era kepraktisan.

D.    5G LTE Mobile Networks


Gambar Mobile Data Traffic Growth in 2016

Menurut laporan terbaru Cisco Visual Networking Index (VNI), Lalu lintas data mobile global tumbuh sekitar 63 persen pada tahun 2016. Tingkat pertumbuhan sangat bervariasi menurut wilayah, dengan Timur Tengah dan Afrika memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi (96 persen) diikuti oleh Asia Pasifik (71 persen), Amerika Latin (66 persen), dan Eropa Tengah dan Timur (64 persen). Eropa Barat tumbuh pada perkiraan 52 persen, dan Amerika Utara membuntuti Eropa Barat pada pertumbuhan 44 persen di tahun 2016 (lihat Gambar 1). Di tingkat negara, Indonesia, China, dan India memimpin pertumbuhan global masing-masing pada 142, 86, dan 76 persen. Ketiga negara ini juga mencapai pertumbuhan lalu lintas pada tahun 2015, meskipun pada tahun 2016, pertumbuhan lalu lintas di Indonesia meningkat (dibandingkan 129 persen pada tahun 2015.

5G adalah fase berikutnya dari teknologi mobile. Pada 2021, 5G akan mendukung 1,5 persen lalu lintas mobile. Konektivitas 5G dengan bandwidth yang sangat tinggi (100 Mbps) dan ultra low latency (1 milidetik) diharapkan bisa menggerakkan volume lalu lintas yang sangat tinggi. Sedangkan 4G telah didorong oleh proliferasi perangkat dan akses informasi dinamis, 5G akan didorong oleh aplikasi IoT.


Gambar Global Mobile Traffic by Connection Type

Dengan 5G, sumber daya (saluran) akan dialokasikan berdasarkan kesadaran akan konten, pengguna, dan lokasi. Teknologi ini diharapkan bisa mengatasi masalah pemberian lisensi dan spektrum frekuensi. Saat ini, ada uji coba lapangan yang dilakukan oleh beberapa operator, namun, penerapan 5G yang signifikan tidak diharapkan sampai tahun 2021 dan seterusnya. Ada beberapa faktor gating seperti persetujuan standar peraturan, strategi ketersediaan spektrum dan pelelangan dan pengembalian investasi (ROI) untuk membenarkan investasi yang terkait dengan transisi infrastruktur baru dan penerapannya.

Beberapa perusahaaan telekomunikasi seperti dikutip dari laman TheStreet 2017, perusahaan telco Huawei China, telah mencoba 5G dan mampu mendownload filmdengan kualitas grafis Full HD dengan kecepatan 8 Gigabyte Per Second dalam waktu kurang dari 7 menit.

Selain itu, menurut GSM Arena yang dikutip laman Tempo, operator telekomunikasi Amerika Serikat Verizon menguji teknologi 5G untuk penggunaan mobile dan stasioner. Verizon bekerja sama dengan perusahaan yang berbasis di Swedia, Ericsson, untuk mengembangkan inftastruktur 5G secara luas. Dalam uji coba, antena 5G dipasang pada mobil balap dan throughput (kecepatan transfer) terus dipantau hingga kecepatan 5+ Gbps dengan kecepatan lebih rendah sekitar 1+ Gbps. Kecepatan download puncak dilaporkan 6Gbps[14].

Selain itu Erricson dalam uji coba 5G yang dilakukan perdana di Indonesia, kecepatan puncak yang berhasil dicatat mencapai 5,75Gbps dengan latensi serendah 3m/s. Latensi rendah yang dihasilkan ditunjukkan dengan demo pengoperasian tangan robot berbasis motion-sensing. Jadi, jeda waktu antara pengendali dan robot tak berbeda jauh. Kemampuan lain dari 5G yang juga ditunjukkan adalah video streaming konten 4K dari server ke radio base station yang dikirimkan ke perangkat 5G pengguna untuk ditampilkan di layar TV 4K. Penggunaan radio 5G juga dapat mendukung pemutaran video beresolusi 4K ke ratusan pengguna sekaligus.

Terdapat alasan bisnis yang perlu menjadi peluang besar bagi PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Melalui entitas anak demi mempersiapkan konektivitas 5G di Indonesia. Seperti dinyatakan Ericsson (ERIC) yang memperkirakan bahwa 5G bisa menjadi peluang $ 1,23 triliun untuk industri nirkabel pada tahun 2026. Perusahaan juga memperkirakan bahwa 5G akan beroperasi sebagai "model bisnis", bukan hanya "platform teknologi"[15].

Namun, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Sebagai pemimpin pasar berpeluang besar menjagi “pioneer” 5G di Indonesia bukan tanpa tantangan. Adopsi teknologi disruptif 5G tersebut membutuhkan spectrum yang tinggi, sehingga hanya beberapa operator telekomunikasi. Sebagai perhitungan, dengan prediksi alokasi 5G terdapat di kecepatan 28GHz. Saat ini, total ada 2GHz yang sama dengan 2.000MHz dan jika dibagai 500MHz (500MHz merupakan lebar pita minimal yang diperlukan untuk menggelar 5G secara optimal) akan ada empat operator saja yaitu PT XL Axiata (XL), PT Indosat (Indosat), PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (Ceria), PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT Smartfren dan PT Bakrie Telecom. Jumlah itu sudah menurun, sejak XL resmi mengakuisisi Axis[16].

Dengan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Melalui entitas anak PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) akan berdampak signifikan terhadap proses bisnis korporasi seperti industri telekomunikasi dapat berkelanjutan, memiliki biaya lebih efisien dengan biaya yang dikelaurkan, dan skala ekonomi meningkat dari sumber daya yang dimiliki. Setidaknya ada empat layanan yang bakal didukung layanan 5G, seperti fixed wireless access, factory otomation, connected transport, dan extreme mobile broadband[17]. Sehingga posisi sebagai pemimpin pasar akan semakin kuat, dengan adanya pengingkatan cakupan pasar dan kualitas layanan di seluruh Indonesia.

E.    E-SIM (Electronic SIM Card)

E-SIM merupakan teknologi baru berupa sim card virtual. Pelat SIM perak yang ada pada kartu SIM langsung ditanam di cip modem ponsel. E-SIM dapat memberikan kemudahan bagi para pengguna karena mereka tidak harus memiliki sim card secara fisik. Para pengguna dapat mengganti operator pada device mereka dengan mudah melalui cara digital tanpa harus memiliki sim card baru dan kemudian menukarnya dengan sim card sebelumnya. Apple dan Samsung menerapkan e-SIM ini untuk memberikan fitur yang lebih bernilai lagi bagi para pengguna smart phone mereka.

Di Indonesia, salah satu kompetitor Telkom, yakni Indosat Ooredoo, pada tahun 2016 lalu telah menyatakan bahwa ia akan menjalin kerja sama dengan Taisys serta bergabung dengan platform slimduet® GreenRoam Alliance’s. Slimduet® merupakan ekosistem e-SIM komersial pertama di dunia yang memungkinkan penyediaan sim card virtual. Dengan menggunakan platform Taisys’ slimduet® ini, Indosat Ooredoo nantinya dapat menawarkan sim card virtual (e-SIM) kepada para pelanggannya secara digital.

Hal tersebut tentu saja akan menimbulkan dampak yang cukup besar bagi Telkom. Bukan hal yang tidak mungkin jika beberapa persen dari pelanggan Telkom akan berpindah ke provider lain karena adanya fasilitas e-SIM. Pelanggan, terutama yang sering berpergian ke luar negeri akan sangat dimudahkan dengan adanya teknologi ini. Para turis yang datang ke Indonesia kini tidak memerlukan lagi sim card secara fisik. Mereka cukup membeli dan mengunduh kartu prabayar lokal Indosat Ooredoo lewat aplikasi slimduet® tersebut. Pelanggan dapat mengoperasikan device mereka di seluruh dunia hanya dengan satu sim card saja.

Dalam menerapkan suatu teknologi yang baru tidaklah mudah. Salah satu tantangan yang dihadapi perusahaan terhadap munculnya e-SIM ini ialah device yang belum men-support. Belum semua smartphone mendukung layanan ini. Hingga saat ini, perangkat pertama yang mendukung e-SIM adalah smartwatch milik Samsung. Masih belum terdapat informasi yang jelas mengenai kapan Apple dan Samsung akan menyediakan smartphone dengan kemampuan dukungan sim card virtual ini. Hal tersebut dikarenakan butuh waktu bagi para vendor dan operator untuk mulai membangun layanan ini. Itulah salah satu alasan mengapa hingga saat ini, Telkom belum menerapkan teknologi e-SIM tersebut.

Tidak hanya itu, e-SIM dinilai kurang menguntungkan bagi perusahaan. Hal tersebut dikarenakan e-SIM ini nantinya hanya menguntungkan perusahaan yang tidak memiliki infrastuktur jaringan. Memang benar jika pengguna smart phone nantinya tidak harus merasakan koneksi yang lambat karena sinyal yang buruk. Mereka dapat memiliki operator mana yang mau mereka gunakan di tempat-tempat tertentu. Pengguna juga tidak perlu dibingungkan dengan sistem pembayaran ke masing-masing operator. Pembayaran telah terintegrasi ke satu perusahaan yakni perusahaan produksi smart phone. Alhasil, penentuan tarif akan diintervensi oleh pihak-pihak lain dan menyulitkan proses pembentukan harga.

[Pertanyaan 2] Bagaimana respon anda dalam menyikapi keberadaan inovasi tersebut?

Berdasarkan berbagai pertimbangan dampak hadirnya teknologi disruptif tersebut, sikap kami sebagai para petinggi PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. sangat menyambut positif dan membuka peluang pengaplikasian teknologi disrupstif dalam bisnis di industri telekomunikasi dunia, khususnya di Indonesia.

Teknologi disruptif dapat membangun Competitive Advantages yang mempu memberikan keuntungan baik secara finansial dan social, sekaligus sebagai alat untuk memonitor operasional perusahaan apakah sudah sesuai dengan tujuan utama atau tidak. Berdasarkan pendekatan yang dibangun oleh KPMG tahun 2017, Disruptive Technology Value Map yang membantu para pemimpin perusahaan membuat keputusan investasi, sekaligus alat benchmark dengan perusahaan lain berdasarkan investment-versus-impact model. Sebuah model yang menunjukkan perbandingan dari investasi statregik perusahaan terhadap terciptanya dampak signifikan pada operasional perusahaan dan pengalaman pelanggan[18] Dapat diperoleh hasil pertimbangan yang membuat manajemen PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk perlu mengadopsi teknologi disruptif yaitu :


1.     Table Stakes

Teknologi dalam kuadran Table Stakes merupakan teknologi yang paling banyak menerima kucuran dana investasi dan mampu emnghasilkan dampak yang sangat kuat pada era saat ini. Teknologi yang telah mencapai tahap awal kematangan bisnis namun tetap giat berinovasi dan menantang untuk mendominasi pasar dimasa depan. Di bidang telekomunikasi, seluler (cellular), awan (Cloud Tech) dan D & A mewakili kuadran Table Stakes. Sebagai contoh, berbagai perusahaan telekomunikasi di dunia telah mulai berinvetasi mengembangkan infrastruktur untuk mendukung jaringan 5G yang diklaim memiliki perfoma lebih baik disbanding pendahulunya 1G, 2G, 3G dan 4G.

Menurut laman US Today, Verizon berinvestasi sebesar $3,1 Miliar setara dengan Rp 40 Triliun lebih untuk membangun jaringan kabel optic dan spectrum di wilayah Amerika Serikat[19]. Melihat keseriusan Verizon, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk melalui anak perusahaan terutama Telkomsel, dengan performa keungan yang sangat baik, dimana rata-rata penjualan terhadap group Telkom berkisar Rp 100 Triliun lebih pertahun, dengan Net Profit Margin 32% atau berada diatas rata-rata penjualan perusahaan telco asia yaitu dengan Net Profit Margin 20%. Dengan perhitungan, Group Telkom berinvestasi sebesar 10% dari total laba bersih sekitar Rp 10,3 Triliun, secara bertahap untuk berinvestasi pada BTS, Spektrum dan memperluas jaringan kabel serat optic yang sudah terbangun melalui layanan Telkomsel.

2.     Maturing

Media Sosial telah tumbuh begitu pesat baik platform Android dan iOS. Media sosial sudah mencapai kematangan. Ini adalah alat yang sangat diperlukan yang tidak memerlukan investasi berkelanjutan yang besar. Media sosial dapat menginformasikan sejumlah keputusan strategis dan operasional, dengan umpan balik real-time yang vital mengenai kinerja dan perspektif jaringan pada pelanggan dan pemangku kepentingan peraturan.

Group Telkom melalui Telkomsel telah membuktikan dominasi pasar telco Indonesia karena sebagian besar pasar sangat dekat dengan Media Sosial yang sudah menjadi gaya hidup. Terbukti dengan jumlah pengguna lebih dari 176 juta, dengan pangsa pasar 45%.

3.     Strategic

Teknologi strategis mendapat investasi yang besar era sekarang, dengan harapan terbentuknya basis pasar yang kuat dan matang di masa depan. Marketing Platform saat ini menjadialat yang sangat penting bagi perusahaan telco, dengan dibantu oleh konten dan layanan baru, kekuatan analisi data, dan jaringan pasar yang luas. Sehingga mampu membentuk Keunggulan Bersaing dalam industri telekomunikasi.

Sebagai contoh nyata, dimana GroupTelkom melalui marketing platform dan market place Blanja.com menjadi salah satu situs jual beli produk secara online. Blanja.com yang dikelolalangsung oleh Group Telkom bekerjasama dengan ebay untuk mendukung layanan. Bahkan melalui Blanja.com pemerintah menggunakan perusahaan BUMN nya untuk memperkenalkan produk UMKM (Small Medium Enterprises) dengan penawaran harga terjangkau dan kualitas terjamin.

4.     Sunrise/Sunset

Teknologi Sunrise menerima tingkat menengah investasi yang ditargetkan dan mulai menghasilkan tingkat dampak menengah. Teknologi Sunset telah melewati masa keefektifannya dan melihat tingkat investasi dan dampak yang menurun. Teknologi Sunrice : pasar on-demand, IoT, AI, wearable, dan VR / AR. Satu teknologi matahari terbit yang memiliki prospek dampak positif untuk fraksi telekomunikasi adalah pembayaran digital, yang dapat dihadapi pelanggan (misalnya Samsung Pay atau Apple Pay), berbasis dompet (misalnya Google Wallet) atau back-end (misalnya pemroses pembayaran).

5.     Nascent :Future Stars

Teknologi yang baru lahir menerima tingkat investasi yang ditargetkan lebih rendah dan belum menghasilkan dampak serius namun dipandang sebagai bintang masa depan yang potensial. Salah satunya teknologi Robotik. Meskipun saat ini, robot digunakan di sector manufaktur berat (otomotif, perakitan, tambang, dll) suatu saat teknologi robot akan lebih dinamis dan hybrid.

[Pertanyaan 3] Berikut contoh implementasi sikap kami sebagai petinggi perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dalam mengadopsi teknologi disruptif tersebut

dalam melakukan eksekusi suatu keputusan perlu adanya panduan/petunjuk secara empiris, agar manajemen perusahaan tidak bertindak dan mampu mencapai tujuan secara maksimal. Berikut dasar petimbangan implemetasi sikap berdasarkan analisis persaingan bisnis Group Telkom melaluientitas anak Telkomsel memiliki keuatan besar untukmengadopsi teknologi disruptif beerdasarkan analaisis IFE, EFE, CPM, BCG Matri



Gambar IFE-EFE

 

Berdasarkan hasil perhitungan IFE dan EFE menunjukkan nilai totalmasing-masing yang sangat menarik, berdasarkan pada kriteria-kriterian pengukuran dalam perspektif Internal perusahaan yaitu Streght dan Weaknesses. Sedangkan pada perspektif Eksternal perusahaan yaitu Opportunities dan Threats. Dari nilai total tersebut menjadi dasar penentuan lokasi kuadran perusahaan pada table CPM (Competitive Profiles Matrix) yang menunjukkan posisi perusahaan pada kuadaran tertentu yang menjadi dasar pengmabilan keputusan sesuai kondisi ekternal dan internal perusahaan dibandingkan performa perusahaan lain dalamindustri telekomunikasi. Kami akan menggunakan entitas anak Telkomsel sebagai sampel pengukuran CPM, karena Telkomsel sebagai pemimpin pasar telekomunikasi provider selular di Indonesia.


Kesimpulannya, Telkomsel dibandingkan pesaingnya Indosat dan XL Axiata, memiliki nilai CPM yang terpaut cukup jauh. Hal ini berarti Telkomsel memiliki daya tawar pasar yang lebih kuat, potensi ekspansi lebih besar dan peluang mengadopsi teknologi disruptif terbesar dibandingkan XL Axiata dan Indosat.

IE Matrix

Berdasarkan IE Matrix, Group Telkom melaui entitas anak sebagai sampel uji, berada pada kuadran V (Lima). Hal ini menjadi dasar implementasi sikap kami terhadapkeputusan untuk mengadopsi teknologi disruptif tersebut yaitu:

1.     Melakukan kerjasama aliansi strategis. Kecenderungan bisnis di masa depan melihat kompetisi bukan sebagai ajang saling “membunuh” para pesaingnya, namun lebih kepada bagaimana kemampuan perusahaan mengelola competitor yang menguntungkan perusahaan. Group Telkom perlu melihat tren bisnis berbasis teknologi disruptif dimasa depan seperti Game, Music Video, Cloud Computing, E-Commerce, VR/AR, dll.

Maka Group Telkom perlu menjalin kerjasama dengan para perusahaan yang kompeten dalam sector tersebut seperti grafis game NVIDIA dan Intel untukmemberikan pengalam yang lebih baik kepada pengguna game berbasis internet (Telkomsel), Ericsson untuk mengembangkan jaringan fiber optic dan spectrum untuk implementasi 5G dimasa depan, PureLiFi sebagai pengembang Li-Fi terkenal di dunia. E-bay untuk mendukung market place platform yang sudah terbangun Blanja.com.

2.     Investasi dalam Indonesia Digital Network 5G di tahun 2020. Prediksi pada tahun 2020 5G telah siap dikomersilisasikan. Dengan pertimbangan bahwa makroekonomi Indonesia di masa depan cenderung mengalami perubahan seperti inflasi, kurs mata uang, struktur pasar, dan terpenting adalah perkembangan trend teknologi disruptif. Jaringan fiber optic dipilih karena kemampuan transfer rate data yang sangat baik sehingga rumah-rumah, perkantoran, bahkan pemerintahan dapat menikmati internet yang kencang dan stabil.

Maka, Group Telkom investasi besar dengan asumsi seperti tahun 2015, Telkom hingga akhir 2015 memiliki 10.000 sumber daya teknisi untuk membangun jaringan kecepatan

Media

Kecepatan

Biaya

Twisted Pair

300 bps – 10 Mbps

Rendah

Coaxial Cable

56 Kbps – 200 Mbps

Rendah

Microwave

256 Kbps – 100 Mbps

Tinggi

Satellite

256 Kbps – 100 Mbps

Tinggi

Fiber Optic

500 Kbps – 6.4 Tbps

Tinggi

Tabel Perbandingan Kecepatan Fiber Optic[20]

tinggi itu. anggaran belanja modal Telkom tahun ini sebesar Rp 25 triliun sampai Rp 30 triliun, sekitar 30 persen di antaranya bakal dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur telekomunikasi pitalebar. Sementara itu, 60 persen belanja modal tahun ini dialokasikan untuk anak perusahaannya yang bergerak di bisnis telekomunikasi seluler, Telkomsel, dan sisanya untuk ekspansi internasional. Terbukti, pada laporan keuangan 2016, Telkom berhasil mencatat penjualan Rp 103 triliun, dengan nilai NPM berkisar 32% diatas rata-rata NPM industri Telco Asia sebesar 20%.

3.     Investasi pada layanan Cloud Computing Technology. Tren bisnis berbasis teknologi komputasi awan akan semakin tinggi di masa depan. Saat ini perlu bagi Group Telkom membangun teknologi tersebut yang memberikan keunggulan kelincahan, fleksibilitas, otomatisasi, dan manajemen infrastruktur bisnis skala besar. Sebagai perusahaan BUMN, pasar yang sudah jelas namun belum maksimal yaitu Pemerintah dan MUKM (SME’s) yang dituntut dapat beradaptasi dan semakin ramping dengan pengadopsian teknologi disruptif tersebut. Perusahaan telco yang telah berhasil salah satunya Verizon Cloud Computing. Verizon menyediakan layanan platform awan bagi sector pemerintahan dan organisasi bisnisyang berorientasi pada teknologi. Dukungan tinggi pada kelincahan, kemudahan, dan keamanan.



[4] Vina A Muliana.” Telkom Didapuk Jadi Merek Paling Bernilai di Indonesia”. Posted at 14 Feb 2017, 20:24 WIB. Available on http://bisnis.liputan6.com/read/2854532/telkom-didapuk-jadi-merek-paling-bernilai-di-indonesia

[5] Joseph Waring.” Indonesia’s Telkomsel maintains market dominance, takes over as 4G leader”.posted at 28 APR 2016 available on https://www.mobileworldlive.com/asia/asia-news/telkomsel-consolidates-lead-takes-over-as-4g-leader/

[7] Arifin.” Disruptive technologies”. Posted at Wednesday, July 12th, 2006. Available on http://www.itpin.com/blog/disruptive-technologies/

[9] Nimas Novi Dwi Arini.” Tahun 2017 Pasar Cloud di Indonesia Capai US$120 Juta”. May 16, 2014. Available at https://swa.co.id/swa/trends/technology/tahun-2017-pasar-cloud-di-indonesia-capai-us120-juta

[10] Erik Meijer.” Telkomtelstra rilis hybrid cloud berbasis Azure Stack”. 09:14:25 | 09 Aug 2017 available on http://www.indotelko.com/kanal?c=bid&it=telkomtelstra-azure-stack

[11] Reza Wahyudi.”Balon Internet Google Dipastikan Tetap Terbang di Indonesia”.12/08/16, 15:13 WIB. http://tekno.kompas.com/read/2016/08/12/15133227/balon.internet.google.dipastikan.tetap.terbang.di.indonesia

[12] Bernadette Johnson.” Potential Benefits of Google Loon”. Available on http://computer.howstuffworks.com/google-loon5.htm

[14] Tempo.co.”Verizon Mulai Uji Coba Jaringan 5G”. Selasa, 23 Mei 2017 | 11:59 WIB. Available on https://tekno.tempo.co/read/news/2017/05/23/072877851/verizon-mulai-uji-coba-jaringan-5g

[15] Natalie Walters.” Here's a Look at the 5G Timeline and Which Companies Stand to Benefit”. Mar 6, 2017 5:40 PM EST. Available at https://www.thestreet.com/story/14028545/2/here-s-a-look-at-the-5g-timeline-and-which-companies-stand-to-benefit.html

[16] Agustinus Mario Damar.” Konsekuensi Adopsi Layanan 5G untuk Operator Indonesia”. 03 Apr 2017, 18:00 WIB. Available on http://tekno.liputan6.com/read/2908541/konsekuensi-adopsi-layanan-5g-untuk-operator-indonesia

[17] Agustinus Mario Damar.” Ericsson Gelar Demo 5G Perdana di Indonesia”. 03 Apr 2017, 15:00 WIB. Available on http://tekno.liputan6.com/read/2908269/ericsson-gelar-demo-5g-perdana-di-indonesia

[19] Mike Snider.” Verizon wins $3.1 billion bidding war for Straight Path's 5G spectrum”. Published 9:57 a.m. ET May 11, 2017 | Updated 5:31 p.m. ET May 11, 2017. Available on https://www.usatoday.com/story/tech/news/2017/05/11/verizon-wins-31-billion-bidding-war-straight-paths-5g-spectrum/101543598/


Bagi kalian yang mau artikel tersebut akses dan download FULL WORD di link di bawah ini!!!

👇👇👇